Tugas Konservasi Arsitektur
Tipe Bangunan Kelas A
Nama
Bangunan Baru : Stasiun Jakarta Kota
Nama
Bangunan Lama : Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij
Alamat : Jl.Stasiun Kota No 1,kel.Pinangsia, kec.TamanSari, JakartaBarat. (11110)
Arsitektur : Gaya Art Deco
Pemilik : Pemerintah
Pengelola : PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Stasiun Jakarta Kota (JAKK)
adalah stasiun kereta api
kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan Pinangsia,
kawasan Kota Tua,
Jakarta. Stasiun yang
terletak pada ketinggian +4 meter ini merupakan stasiun terbesar yang berada
dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi I Jakarta
dan merupakan satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus
(perjalanan awal/akhir), yang tidak memiliki jalur lanjutan lagi.
Keberadaan Stasiun Jakarta Kota pada saat ini
diperdebatkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial.
Padahal, stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar
budaya, selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun
tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota
atau Stasiun Semut di Surabaya yang merupakan cagar budaya, namun juga
terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.
Sejarah
Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun
ini, nama itu dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Hanya saja mungkin hanya sedikit warga Jakarta
yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi.
Pertama,
nama Beos mengacu pada nama stasiun Batavia BOS Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia
Timur), yang berada pada lokasi yang sama sebelum dibongkar.[3] Perusahaan ini adalah sebuah perusahaan kereta api swasta
yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia
En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, yang berasal dari
fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti
Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain
Sebenarnya, masih ada nama lain
untuk Stasiun Jakarta Kota ini, yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun
Batavia Selatan.[3] Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari
dua stasiun kereta api. Satunya adalah Stasiun Batavia
Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah
Jakarta sekarang. Batavia Noord pada
awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische
Spoorweg Maatschappij, dan merupakan terminus untuk jalur
Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada
pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia.
Batavia Zuid,
awalnya dibangun sekitar tahun 1887,
kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk
direnovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun,
kereta-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun
yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya
selesai pada 19 Agustus
1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929.
Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.
Frans Johan
Louwrens Ghijsels. Bersama teman-temannya seperti Hein von Essen
dan F. Stolts,Stasiun
Beos merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het
Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat
dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini
terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan
terpendek menuju kecantikan
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Jakarta_Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar