Sabtu, 04 Mei 2019




UNIVERSITAS GUNADARMA
TUGAS KONSERVASI ARSITEKTUR


PENATAAN ULANG ZONING DAN SIRKULASI
DI STASIUN JAKARTA KOTA



NAMA             : MUHAMMAD RIDWAN NAWAWI
NPM                : 24315747
KELAS                        : 4TB04
DOSEN            : AGUS SUPARMAN

Fakultas Tekniksipil & Perencanaan
Jurusan Arsitektur
Universitas Gunadarma
2019

Latar Belakang
            Latar belakang penulis mengangkat topik ini karena berdasarkan pengalaman pribadi yang mana semerawutnya zoning dan sirkulasi yang ada pada stasiun Jakarta kota baik itu di dalam maupun di luar bangun dan menjadikan stasiun Jakarta kota apabila dilihat dari luar menjadi berantakan dan  terkesan kumuh.
Dimana sangat disayangkan bangunan yang sudah menjadi bangunan cagar budaya sejak lama tidak tertata dengan baik dan benar dan juga menjadikan image pengelolanya menjadi tidak baik.
            Oleh karena itu penulis ingin mengangkat topik ini agar dapat setidaknya menjadi bahan pelajaran khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk pembaca karena banagunan cagar budaya dapat digunakan untuk sarana edukasi dan mengenal sejarah perkembangan kota itu sendiri ataupun perkembangan gaya dari arsitektur yang dari zaman ke zaman menpunyai cirri khas sendiri.
Dan juga banguna ini sudah menjadi landmark dari kawasan tersebut karena sudah ada dari sejak zaman penjajahan belanda dan masih eksis juga tetap berfungsi seperti awalnya yaitu tetap menjadi stasiun kereta tanpa beralih fungsi misalnya menjadi museum ataupun menjadi tempat wisata.














PENATAAN ULANG ZONING DI STASIUN JAKARTA KOTA

Gambar 1.0 Fasad Bangunan Stasiun Jakarta Kota
Gambar 1.1 Suasana Didalam Stasiun Jakarta Kota














Nama Bangunan Baru             : Stasiun Jakarta Kota
Nama Bangunan Lama           : Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij
Alamat                                    : Jl.Stasiun Kota No 1,kel.Pinangsia,   kec.TamanSari,  JakartaBarat. (11110)
Arsitektur                                : Gaya Art Deco
Arsitek                                    : Frans Johan Louwrens Ghijsels
Partner                                     : Hein von Essen dan F. Stolts,Stasiun
Pemilik                                    : Pemerintah
Stasiun Jakarta Kota (JAKK)
 adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan Pinangsia, kawasan Kota Tua, Jakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini merupakan stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi I Jakarta dan merupakan satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan awal/akhir), yang tidak memiliki jalur lanjutan lagi.
Keberadaan Stasiun Jakarta Kota pada saat ini diperdebatkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial. Padahal, stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Surabaya yang merupakan cagar budaya, namun juga terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.
Sejarah
Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Hanya saja mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi.
Pertama, nama Beos mengacu pada nama stasiun Batavia BOS Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), yang berada pada lokasi yang sama sebelum dibongkar.[3] Perusahaan ini adalah sebuah perusahaan kereta api swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, yang berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain
Sebenarnya, masih ada nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini, yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan.[3] Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Stasiun Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia.
Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1887, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.
Frans Johan Louwrens Ghijsels. Bersama teman-temannya seperti Hein von Essen dan F. Stolts,Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan
Stasiun ini, pada zaman kolonial ada dua, yaitu Batavia NIS (Batavia Noord) dan Batavia BOS (Batavia Zuid). Setelah kedua stasiun tersebut dibeli oleh pemerintah kolonial, perusahaan kereta api negara Staatsspoor en Tramwegen, berencana untuk membangun stasiun besar baru di atas lahan Stasiun Batavia BOS yang mulai ditutup sejak tahun 1923. Sebagai gantinya, maka stasiun Batavia Noord eks-NISM yang berjarak 200 meter ke arah Utara sebagai stasiun utama untuk melayani penumpang. Tahun 1926, stasiun eks-BOS mulai dibongkar. Pembangunan ini adalah proyek dari pembangunan gedung stasiun milik negara, maka Burgerlijke Openbare Werken, (Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda), terlibat dalam pembangunannya.
Salah satu hal yang unik dari stasiun ini adalah bangunan peronnya yang mirip dengan bangunan peron pulau di Stasiun Jember, yaitu berupa kanopi memanjang dengan atap berbentuk huruf V yang disangga struktur kantilever kolom tunggal dari baja.


Pengertian Konservasi arsitektur
 adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah.
Pengertian Zoning
Mengutip buku dari Bp. Ismail bahwa Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik, maka zona dipastikan memiliki suatu identitas atau ciri yang berbeda dari area lain disekitarnya. Sedangkan Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.
Pembahasan
Dalam penulisan ini, penulis ingin membahas tentang Konservasi Arsitektur yang dilakukan pada bangunan Stasiun Jakarta Kota atau yang lebih di kenal dengan nama Stasiun Kota yang terletak di jl.stasiun kota no 1kel. Pinangsia, kec.Tamansari, Jakarta Barat.
Kali ini penulis mencoba untuk menata ulang zoning atau pembagian zona di stasiun Jakarta kota hal ini dilakukan untuk menghindari semerawutnya pengguna distaiun Jakarta kota, baik itu pengunjung,pengelola ataupun angkutan umum yang biasa parkir di depan pintu masuk stasiun Jakarta kota.
Karena sangat disayangkan apabila banguna yang sudah termasuk kedalam cagar budaya tidak terawatt dan menjadi semerawut dilapangan padahal seharusnya bangunan cagar budaya harus dirawat karena bangunan tersebut juga dapat menjadi sarana edukasi dalam mengenal sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah tentang perkembangan Arsitektur.
Oleh karena itu penulis ingin melakukan konservasi dengan cara menata ulang agar bangunan tersebut dapat menjadi lebih baik baik secara visual maupun secara fungsional.
            Selain itu konservasi ini juga bertujuan untuk nantinya menarik jumlah pengunjung dan pengguna layanan transportasi Kereta Api ataupun CommuterLine karena apabila tempatnya nyaman tentu pengunjungpun akan merasa senang dan tidak kapok menjoba layanan transportasi tersebut.



Keterangan :                     Titik Fokus Penataan ulang
Penataan ulang zoning pada Stasiun Jakarta kota yaitu terletak pada pintu masuk dimana kondisi saat ini sangat semerawut kondisinya, banyak angkutan umum dan pribadi yang parkir sembarangan dan menimbulkan kesan kumuh dan berantakan
Dan juga penataan dibagian pembelian tiket yang nantinya akan mempermudah penumpang untuk melakukan pembelian tiket dan juga memperbaiki sirkulasi pengguna agar saat melonjaknya jumlah pengguna layanan kereta api dan commute line tidak terlalu menumpuk pada satu titik guna mempercepat proses pembelian tiket.
            Kedua zona ini sangat vital fungsinya karena berkontakan langsung dengan pengunjung apabila zona ini lancar ketika digunakan oleh pengunjung makan selebihnya akan menyesuaikan, masalah yang sering dihadapi distasiun-stasiun lain sama saja yang pertama pintu masuk utama dan tempat pembelian tiket yang mana sangat penting untuk mempermudah pengunjung melalui dan menggunakan pada area zona tersebut.
Jika kedua zona tersebut lancar maka akan mempercepat sirkulasi pengunjung dan mempercepat aktivitas mereka dan apabila zona tersebut semerawut tentu akan berdampak buruk nutuk zona-zona lain yang berhubungan dengan zona tersebut seperti halnya : 1. Penumpukan penumpang
                        2. Ketidakpuasan penumpang terhadap pelayanan
                        3. Kerusuhan
                        4. protes
            Oleh karena itu hal ini perlu dilakukan mengingat stasiun ini sudah menjadi pusat penggunaan mode angkutan kereta api dan commuter line apabila hal ini tidak dilakukan dikhawatirkan kedepannya banguna ini akan menjadi lebih semerawut seperti halnya masalah kecil apabila dibiarkan nantinya akan menumpuk dan menjadi masalah besar dan bahkan menjadi masalah baru.
Karena kereta api dan commuter line adalah salah satu mode angkutan masa yang sangat efektif untuk mengurangi kemacetan dan juga paling banyak di minati oleh masyarakat urban karena selain murah kereta api dan commuter line juga cepat da tidak macet apalagi di tambah sekarang sistem dan pengelolaan mode transportasi ini sudah hampir seperti di Negara Negara maju .
Jadi saying sekali bila fasilitas utama mode transportasi ini tidak dirawat khususnya yang termasuk kedalam cagar budaya yang tentunya akan merugikan pemerintah sendiri apabila banguna tersebut tidak dirawat tentu masyarakatpun akan menilai kinerja pemerintah dan menjadi boomerang untuk pemerintah itu sendiri.

                       
Penataan zoning di pintu utama
Penataan di zona ini terpusat pada penataan parkir dan drop off karena kondisi sekarang sdah berantakan dan tida teratur maka penulis berencana menata ulang bagian tersebut untuk nantinya memperpudah pengunjung dalam melakukan aktivitas kedalam dan keluar stasiun dan juga untuk memperbaiki view yang sekarang terkesan kumuh dan berantakan baik itu oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
Situasi sekarang sangat buruk karena kendaraan pribadi dan kendaraan umum parkir disembarang tempat dan melakukan drop off juga tidak di tempat yang seharusnya dan menjadikan banguna yang tergolong cagar budaya ini tidak mempunyai view yang baik.
            Oleh karena itu penulis berencana memindahkan parkir sementara tidak didepan pintu masuk utama melainkan di sebelah utara bangunan dengan menambahkan jalur atau akses untuk pejalan kaki lebih luas agar terdapat space yang cukup antara bangunan dengan jalan raya.
            Dan juga dengan memberikan jalur drop off dengan memanfaatkan coakan di bagian jalur pedestrian agar nantinya saat melakukan drop off tidak mengganggu lalulintas dan kemacetan yang mana lalulintas di depan pintu masuk stasiun Jakarta kota cukup padat.
Selain itu jarak antara drop off dan pintu masuk utama sedikit di beri jarak agar tidak terlalu dekat yang nantinya berguna untuk sirkulasi pengguna baik itu yang ingin kedalam stasiun ataupun yang keluar stasiun.

Penataan Zoning Dipelayanan Ticketing
Penataan dizona ini terfokus pada pola sirkulasi pengguna Armada transportasi Kereta Api dan Commuter Line yang melakukan transaksi ticketing baik itu secara manual oleh petugas ataupun menggnakan vending machine.
Pola sirkulasi sekarang yaitu berbentuk U dimana pengunjung yang sudah melakukan trasaksi harus berbalik arah untuk menuju ke peron ataupun tempat lainnya, cara ini dinilai tidak efektif karena akan menimbulkan berdesakan antara pengunjung yang sudah selesai melakukan transaksi ticketing dengan pengunjung yang ingin melakukan transaksi ticketing.
Selain itu pola ini dinilai memakan waktu yang cukup lama untuk pola sirkulasi, bayangkan bagaimana jika terjadi melonjaknya jumlah penumpang saat liburan ataupun hari besar lainnya.
            Oleh karena itu penulis berencana menata zona ini dengan melakukan penataan ulang sirkulasi yang sebelumnyaU menjadi lurus yang mana pada saat pengunjung telah selesai melakukan trasnsaksi ticketing maka pengunjung hanya tinggal lurus kedepan tanpa harus berbalik arah untuk menuju peron untuk vending machine sementara untuk yang manual akan menggunakan sirkulasi pola letter L yang mana setelah mengantri maka pengunjung langsung berbelok kearah peron tanpa harus berbalik arah.
            Cara ini dinilai lebih efektif jika dibandingkan dengan pola letter U yang mana cara ini juga efektif untuk mempersingkat waktu pada saat selesai melakukan transaksi ticketing dan juga mempermudah sirkulasi pengguna jasa angkutan transportasi kereta api dan Commuter line oleh karena itu penulis menggunakan cara ini intuk mengatasi semeraawutnya sirkulasi.

Kesimpulan
Jika dilihat dari yang sudah dibahas sebelumnya diatas kesimpulan yan dapat diambila yaitu konservasi bangunan bersejarah menjadi sangat penting dilakukan khususnya banguna bersejarah yang termasuk kedalam bangunan cagar budaya yang sudah di tetapkan oleh pemerintah setempat.
Konservasi yang dilakukan di stasiun Jakarta kota yaiutu dengan cara penaataan ulang zoning dan sirkulasi khususnya pada pintu utama dan bagian pelayanan ticketing yang mana bagian ini mejadi sangat penting dan bersinggungan langsung denggan pengguna
Oleh karena itu penataan ulang sangat diperlukan karena dengan penataan yang baik dan benar akan mengatasi masalh masalah yang sebelumnya ada pada suatu bangunan dan dalam kontek ini bangunan tersebut adalah stasiun jakerta kota.
Dan penulis berharap dengan penulisan ini dapat menjadi referansi untuk nantinya diterapkan pada bangunan stasiun Jakarta kota dan juga dapat mengatasi masalah zoning dan sirkulasi yang ada pada stasiun Jakarta kota Karena sangat disayangkan yang mana stasiun Jakarta kota telah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya sejak lama dan apabila tidak dilakukan penataan maka lama kelamaan akan menjadi semakin tidak teratur baik itu pengguna maupun angkutan umum.










Terimakasih














Sumber :
·         https://megapolitan.kompas.com/read/2018/10/08/10454201/hari-ini-dalam-sejarah-stasiun-beos-diresmikan-kini-jadi-jakarta-kota?page=all


Tidak ada komentar:

Posting Komentar